HoPpiPoLaa


Sunday, August 11, 2013

9Ags2012

Jika getir masa kemarin masih mengusik kesederhanaan masa kini
maka langkahmu belum mantap.
Tengok sejenak kebelakang,
lihat kemudian berlalu...
Buyarkan romantisme masa lalu, tanggalkan dengan kesadaran yang memadai,
kemudian hela napas panjang dan hembuskan seirama angin musim gugur yang
sepoi-sepoi menyapu poni rambutmu.

Pandang lurus kedepan,
gemerlapkan pikiran dengan romansa baru yang dijanjikan teka-teki masa depan.
Jumpai setiap pasang mata yang berbinar menanti cinta...
Kecuplah tiap-tiap keindahan jatuh cinta dengan pujangga baru.
Nikmatilah tiap jengkal desir rindu-rindu yang terhalang jarak
karena disanalah cinta menunggu untuk ditenggak.
Mantaplah sudah langkahmu menjauhi lembar-lembar kusam cerita tempo dulu.
Gagahlah pasti perasaanmu mengarungi masa sekarang untuk kemudian
bermuara dimasa depan.

Cinta tidak untuk ditunggu, tidak juga untuk ditafsir..
Cinta butuh dicari dan diyakini.
Cinta harus diolah dan diproses
menjadi suatu kenyamanan yang menyatukan dua sisi berbeda
Cinta mesti digugah dan diasah
Itlah cinta yang megah...

Maka teruslah melangkah tanpa gundah
karena genderang rindu masih akan terus ditabuh.
Selama kau belum berlabuh...
Dan jangan dulu bersauh,
jika cinta yang bertemu belumlah utuh...

Sunday, April 21, 2013

Arrahman

Tuhan,
ijinkan aku untuk menjadi lemah dan lelah.
Ijinkan aku menelusuri jalan-jalan sunyi bermandikan cahaya remang akibat pertikaian.
Agar dapat memahami jiwa-jiwa yang terdzalimi oleh kelaliman manusia.

Bolehkan aku menodai kekuatanku dengan kepasrahan,
Untuk merasakan sejenak bagaimana menjadi putus asa dan nelangsa..
Agar mampu memaknai bahwa hidup sejatinya adalah pengabdian kepadaMu Sang Maha Esa.

Jika Engkau mendengar, lebih lagi melihat dengan seksama..
Bagaimana hatiku bisa begini?
Menjadi kerak.. tak bisa tegak.. tak lagi menjadi tonggak..
Termahsyurlah kekuatanMu sebagai pemilik kalbu-kalbu nomor satu..
Maka berkenanlah untuk merumat kalbuku agar niscaya tak menjadi batu.

Lalu ketika perjalananku dijalan-jalan sunyi berhenti disebuah beranda, kenangan akan hidup yang
pahit adalah dekorasi paling nyata disini.
Corak-corak kehitaman dengan sedikit bintik-bintik putih yang muram adalah dindingnya.
Aroma patah hati dan pengkhianatan menaungi beranda ini..
Ya, sejauh yang kulihat hanyalah sebuah beranda.
Tak ada bangunan lain yang menemani.
Semua itu hanyalah reruntuhan..
Terbentuk dari puing-puing rasa kecewa dan keletihan..
Sehingga nanar mataku menatapnya.
Beginikah Sang Segala Dzat menempa jiwa-jiwa manusia yang (mengaku) beriman?

Kepasrahanku terjerembab dalam detik yang mencekik.
Kelelahanku menjadi tumpul.
Keberanianku tak dinyana telah berkumpul..
Kembali.
Inilah sedianya Tuhan mencemooh kerapuhanku.
Menundukkan rasa maluku...
Menghangatkan lagi hatiku yang hampir membeku karena kesenduan akan nasib buruk.

Tuhan lagi-lagi membuang waktu-Nya untuk menegurku.
Membuatku menangis tanpa suara.
Menyayat kesunyian.
Aku malu menatap-Nya..

Kemudian, pada waktulah Dia berkata, untuk membantuku mengikis risau-risau disudut piluku..
Dan kepadakulah, sekali lagi Dia menitipkan ketegaran tiada tara.

Maka aku berlari disepanjang jalan-jalan sunyi yang hanya ditemani cahaya remang itu...
Berteriak-teriak penuh keyakinan akan perubahan,
Membangunkan pertapa-pertapa, budak-budak, serta pujangga-pujangga nelangsa yang selama ini terpuruk dan gontai akibat kelaliman manusia (lainnya).
Memekakkan telinga-telinga mereka dengan sabda_nya..
"Aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri.."

Lalu, hingar-bingarlah mereka menyambut sabda itu..
Sabda Sang Maha Pengasih.
Arrahman.