HoPpiPoLaa


Saturday, January 15, 2011

Hujan Berikutnya


Hari penuh hujan ini mengalirkan rindu rindu syahdu kepadamu
Dinyana, tak kunjung reda jua….
Saya meringkuk disudut kegusaran, kegelisahan tak bertuan
Merenungkan wajahmu yang rupawan sedang tergelak
Saya seperti berputar putar kelimpungan karena rindu
Menjerit tak sanggup, tersenyum pun gugup…
Hanya bisa mengais-ngais kenangan dalam memori, mencari-cari bentuk abstrak wajahmu dijauh kalbu…
Galau.
Dan tersedu.

Rupa rupa gambaranmu berjingkrak kegirangan dibenak saya
Meronta minta direalisasikan kedalam bentuk konkrit.
Saya pun hanya nyengir, ingin tertawa jumawa….
Karena gambaranmu tak kunjung menjadi konkrit.

Rindu rindu ini masih berdansa dansa ceria
Tidak paham mereka kalau saya sedang menahan resah
Berjingkat, kemudian berlari dan tiba-tiba melompat!
Dasar rindu tak tahu diri, membuat saya terperanjat….

Ya baiklah, manakala rindu sudah menggebu dan menderu
Saya melamun saja,
Dia jauh…
Biarlah malam yang menyimpan rindu-rindu saya,
untuk saya ambil lagi besok pagi…. Ketika dia sudah tidak jauh lagi….

Ketika Hujan


Ketika hujan menjatuhkan airnya di atas kepala saya,
Membuyarkan imajinasi tentang bahana masa depan
Saya menunduk, malu untuk mengingatnya lagi.
Mengingat imajinasi yang berlebihan,
Tentang pengharapan masa depan,
Yang belum tentu didukung kenyataan…

Hujan masih berpesta.
Diatas genteng-genteng lusuh, di pucuk-pucuk pohon kemayu, melenggak lenggokan dedaunan.
Berloncatan menyiratkan kebahagiaan akan kebebasannya membasahi bumi.
Saya hanya tertegun, menanarkan pandangan…
Teringat sosoknya yang bersemu jingga, tersenyum bagai Arjuna
Menebarkan rasa nyaman dihati saya yang waktu itu merana…

Buliran buliran hujan merintik,
Menandakan akan menyudahi perhelatan apiknya…
Bergegas meninggalkan bumi, naik lagi ke langit
Menyisakan air-air bekas tariannya tadi
Bergegas menjauhi saya yang lelah tertegun…

Langit tidak lantas menerang,
Masih saja meredup…
Masih saja menenami saya tersendu,
Karena kecanduan rindu.
Ah, saya malu…

Sunday, January 2, 2011

Angin Januari

Januari bernuansa kelabu ini tahun...
Megesahkan garis-garis kesedihan dan kegalauan
melambaikan rasa rindu yang teramat riskan untuk ditampik
Hanya saja dia tidak menjawab...

Angin merebahkan jasadnya hanya hitungan detik
Lalu kembali bergelora seperti api yang menjentik
Melumatkan kesempatan untuk menghibur diri
Agar hari tak seperti mati...

Januari ini bersepoi sepoi angin kelabu
Menghentak dipucuk pucuk daun jambu
Saya minder akan keangkuhannya
Sekali amarah hancurlah semua....

Hujan hujan tak kunjung lelah
Mengiringi kesenduan hari-hari di awal Januari
Dimana baju-baju tetap basah
karena di bulan ini belum tiba matahari.....

Haaa, saya menyongsong Januari seperti pucat pasi
Merindui matahari yang ramah kembali
Merindui sengatan hangat dikulit ini
Mengharapkan dihantui lagi pagi yang berseri.....

Hai Januari, saya akan mengerti keadaan ini.....