HoPpiPoLaa


Wednesday, November 16, 2011

Aku


Beginilah aku menjelaskannya :

“aku adalah tirani dalam hubungan, hierarki yang absolut, tidak bisa dibantah apalagi disalahkan. Karena aku adalah benar, walau aku pikir itu adalah bukan. Jangan mengecewakanku jka tidak perlu, dan jangan menguasaiku karena itu bukanlah kemungkinan atau pilihan. Karena aku adalah kuasa, karena aku adalah tahta, dan itu tidak dapat diacuhkan. Dan jangan pernah berpikir bisa mengalahkanku karena itu adalah kesalahan, dan jangan pernah berbuat kesalahan terhadapku karena itu bisa menjadi akhir dari hidupmu. Mungkin aku adalah Hitler dalam hubungan ini atau itu, atau mungkin aku adalah Orde Baru dalam era demokrasi. Tapi aku adalah orang yang paling setia jika aku mau, dan hal itu bisa merubah semua aku . Bersyukurlah karena aku orang yang paling berkomitmen. Bersyukurlah.”

Dan begitulah aku ….

Wednesday, August 10, 2011

Hakikatnya

Hakikatnya,
manusia itu feodal .
gelora untuk penasbihan diri sebagai yang tertinggi
sudah mengendap dalam tulang sumsum.
begitu kakek saya beropini..
saya pun mengangguk.
tandanya sejalan.

hakikatnya,
manusia itu sederajat .
karena semua keturunan Adam .
begitu katanya, sambil tertawa sedikit menyindir tren kekuasaan jaman sekarang.
saya pun meretas opini, dan lagi sejalan ..
yang paling raja adalah Adam, kalau mau ditilik .
sayangnya manusia terlalu banyak lupa dan melupakan.

baiklah,
pagi ini saya telah merambah pikiran kakek saya yang sudah uzur.
dan saya tergelak,
mendadak bangga.
saya sejalan dengan dia ...
si tua yang inspiratif.

Tuesday, August 9, 2011

Ketidakwarasan

Seonggok cerita mencederai kebenaran
mengoyak beragam unsur sejatinya kemanusiaan
sangat tidak waras,
sangat tidak logis,
sangat tidak manis.

bergulir fitnah dikala damai
lalu meruah menjadi prahara
riuh gemuruh mendatangkan aib
bagi dia yang disangkai...
tergerus sudah silaturahmi yang terjalin.
menguapkan dilema dan risau.

terjangan tanya berduyun-duyun berkoar
menuntut jawaban.

benarlah sudah, fitnah tinggalah fitnah
tergeletak terumbar dan terlanjur...
angin sudah terlanjur memboyong dengan jumawanya
dan semua orang sudah merasakan anginnya.
lalu mau apa lagi...
ketidakwarasan sudah terjadi.
ketidakwarasan merenggut harga diri.
terjunjunglah wahai pendusta, dustamu terjunjung !
gelak tawa menantimu diujung neraka ...

tidurlah, bung.
terbekatilah bung orang-orang yang terfitnah.
besok kau bangun dan kewarasan tetap bersamamu....

Friday, June 24, 2011

Menyaksikan

Saat kau lihat plagiator-plagiator menjadi motor dalam segala aksi kotor
kau telah terbiasa,
tidak lagi tercengang
apalagi terguncang

Semuanya adalah inovasi
untuk sebuah invasi
dalam perebutan posisi
ataupun menjadi oposisi....

Ketika kau saksikan,
para ilusionis duduk-duduk manis dibawah atap politik yang sungguh menggelitik
kau akan lihat mereka berpesta dalam debat
bukan untuk rakyat,
tapi untuk mereka yang merasa hebat....

Terima kasih para wakil rakyat!
kami merasa terhibur menyaksikannya....

Aku Mengalami

Huru-hara huru-hara huru-hara
kepanikan, kegelisahan, kegundahan
keterasingan, keterpurukan, kegalauan,
kemarahan, kesedihan, keputusasaan,
berbagai rupa...

mencemooh iman....
melemahkan mental.....
menggoyahkan pilihan....
mengecewakan nurani.....
menasbihkan segalanya menjadi halal....

Aku mengalami ini.

Thursday, June 9, 2011

Manipulasi Ekspresi

tersenyum tapi mengumpat
tertawa tapi menghina
berjuang tapi korupsi
merendah tapi menindas
bersedih tapi gembira
menasehati tapi mengancam
menjaga tapi menjatuhkan
merintih tapi terkekeh
merajuk tapi menusuk...

rupa-rupa manipulasi ekspresi telah mendarah daging
membudaya serta dipuja
dipelihara dan dibiarkan...
berkeliaran.
rupa-rupa manipulasi ekspresi...
memamah kejujuran, ketulusan, dan kebenaran.
mengabrasi budi luhur.

rupa-rupa ekspresi...
termanipulasi dan terdegradasi nafsu duniawi.

Sunday, May 22, 2011

Parade Orang Penting

Sekonyonng-konyong mereka berkumpul.
katanya sih ingin menmpakkan wibawa dan kedewasaan.
eh eh,,
malahan konspirasi dan kekerasan verbal yang secara tak sengaja terlegitimasi yang meluap serta menguap.
dungu, sungguh keterlaluan dungu tingkah mereka..
ajaib dan sungguh mengejutkan!

mereka duduk duduk berjejer,
seakan bersahabat erat melekat berurat...
tapi, sungguh..
lihat sebentar lagi..
nah nah kan!!
apa saya bilang...
tepuk tangan riuh rendah dari penonton layar kaca
suit suit seperti melihat wanita binal nari striptis menggoda birahi..
penonton tepuk tangan lagi.
melihat mereka berdebat hebat penuh bakat...
gembiraaaa!
penonton gembiraaaa...
parade orang orang penting memanas...
berebut tempat paling tinggi di lembaga itu.
 lihat itu, heh!
orang-orang bule juga ikut...
hebohnya.. heboh, heboh, heboohh!

serang sini, serang situ dengan konspirasi verbal..
jatuhkan si joko, gulingkan si agus...
ayo ayoo,
siapa saja saya siap.
tinggal bayarannya siapa yang paling tinggi, dia yang menang...
betapa, betapa, betapaaa...
penonton kegirangan!
parade belom juga berakhir...
nanti, belum saatnya momen menggairahkan ini berakhir.
belum saatnya mereka lelah berebut duduk dikursi itu,
belum... belum, tentu belum.
selama celah masih menganga, siapapun siap merebut!
semangat mereka sangat membara,
mengalahkan Jenderal Sudirman, mungkin.
mengalahkan Ahmad Yani, mungkin.
mengalahkan KPK, itu juga mungkin.
Coba saja semangat itu dibarakan lagi ketika mereka dihadapkan pada kasus korupsi basi..
yaaahh,, paling banter mereka cuma meringis najis...

hopla!
parade orang-orang penting masih bergulir..
tunggu saja dilayar kaca.
merekalah lelakonnya...
merekalahlah judulnya,
merekalah sutradaranya,
merekalah parodinya,
merekalah yang mencuri perhatian...
dan kita, hanya tertawa  untuk lalu mematikan televisi.
dan berkata, "ah bosan..."

hening...

Wednesday, May 18, 2011

Ini Bukan Curahan Hati

tekanan ini membingungkan saya.
saya ingin teriak,"SIALAN!"... tapi terdengar tidak patut.
menjemukan terus mengeluh.
memang menyebalkan menggerutu.
hanya saja,
pekikan putus asa membuat saya mual.
mungkin, sebenarnya bukan keputusasaan yang membuat saya mual, tapi pnyakit lambung saya.
inilah lagi, bentuk keluhan lain...
bukannya saya tidak tegar,
tapi hanya bosan saja.
tertegun diposisi menyusahkan dan kritis jika dilihat dari segala sudut.
mendebarkan jika diungkap...
perlahan membuat akal sehat menjadi buram..
menjadikan yang hitam terlihat putih,
yang putih terlihat abu-abu,
sehingga tidak ada yang benar-benar putih..
maha dahsyat dampak depresi inii...

saya ingin melompati jurang terdalam
mengarungi segitiga bermuda
meludahi petinggi-petinggi negara
dan hal-hal frontal lainnya...
yang membuat adrenalin saya terganggu dan minta diperhatikan..
yang membuat spontanitas saya menggelegar supaya saya bisa berteriak tanpa tanya
"AKU SUSAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHH!!!"

seperti itulaaahh..
ya, seperti itulah.
gusar-gusar yang mendayu di otak saya.
minta untuk disudahi......

Maaf, ini membuat saya ingin tertawa


Saya tidak pernah mengharapkan sesuatu yang lebih dari dia,
Tidak juga mengharapkan sesuatu diluar nalar…
Tidak lebih dari konsistensi perhatian,
Kasih sayang,
Yang nyata.. yang bisa saya rasakan..
Yang bisa saya sentuh, dan saya tahu kalau itu nyata.
Bukan harapan yang di ucapkan disaat bersitegang,
Bukan janji yang diucapkan saat amarah saya memuncak…
Tapi perhatian yang nyata,
Yang menyentuh hati saya…
Yang membuat saya tahu bahwa saya tidak sedang bersama orang yang salah.
Yang membuat saya yakin bahwa waktu saya tidak terbuang percuma…
Bahwa saya mempertahankan sesuatu yang nyata.
Bukan sandiwara, apalagi rekayasa…

Katakan, saya memang berlebihan…
Saya memang dramatis,
Saya memang traumatis,
Saya memang seorang apatis,
Terhadap kata-kata kosong…
Kata-kata tak bertuan,
Kata-kata sampah, serampangan, tak punya tujuan…

Saturday, February 12, 2011

HoPpipoLa: Berada Di Antara

HoPpipoLa: Berada Di Antara: "Berada di antara, bukanlah suatu pilihan berada di antara, adalah ketidaksengajaan yang memilukan. Di antaranya berada, bergelimang pilu be..."

Berada Di Antara

Berada di antara,
bukanlah suatu pilihan
berada di antara,
adalah ketidaksengajaan yang memilukan.

Di antaranya berada,
bergelimang pilu
bertebaran harap harap cemas
untuk kembali,
atau untuk berlari...
Diantaranya berada,
celotehan miris
orang orang tertawa
menghina.

Bukan niat mereka untuk berpaling
Bukan ingin mereka untuk berpihak,
pada ketidakadilan
pada ketidakmanusiaan
pada takdir yang menyimpang
pada harap yang mustahil....

Berada di antara,
adalah kepedihan
penistaan
penyangkalan
Pada takdir Tuhan yang telah hingar bingar didengungkan
Pada norma manusia dan agama yang berlaku
Pada mata kita yang normal....

Tapi bukan maksud mereka untuk berada di antara,
di antara yang wajar dan diterima
di antara yang pria dan wanita
di antara yang heteroseksual
di antara yang sesuai takdir...

Bukan maksud mereka memilih berada diantara
Bukan
Bukan,
Bukan maksud mereka.

Mereka tersia-sia didunia mereka sendiri.
Menjadi yang nomor tiga,
diantara nomor satu dan dua.

Mereka disia-sia...
Mereka seolah tiada...
dan inginkan untuk tiada...

Mereka kaum yang berada di antara.

Sekarang Jam Berapa?

cih cih cih
ngantuk ngantuk ngantuk
berat,
melek gak kuat.

tidur, jam segini kepagian.
tapi ngantuk.
berat,
ga kuat....

Saturday, January 15, 2011

Hujan Berikutnya


Hari penuh hujan ini mengalirkan rindu rindu syahdu kepadamu
Dinyana, tak kunjung reda jua….
Saya meringkuk disudut kegusaran, kegelisahan tak bertuan
Merenungkan wajahmu yang rupawan sedang tergelak
Saya seperti berputar putar kelimpungan karena rindu
Menjerit tak sanggup, tersenyum pun gugup…
Hanya bisa mengais-ngais kenangan dalam memori, mencari-cari bentuk abstrak wajahmu dijauh kalbu…
Galau.
Dan tersedu.

Rupa rupa gambaranmu berjingkrak kegirangan dibenak saya
Meronta minta direalisasikan kedalam bentuk konkrit.
Saya pun hanya nyengir, ingin tertawa jumawa….
Karena gambaranmu tak kunjung menjadi konkrit.

Rindu rindu ini masih berdansa dansa ceria
Tidak paham mereka kalau saya sedang menahan resah
Berjingkat, kemudian berlari dan tiba-tiba melompat!
Dasar rindu tak tahu diri, membuat saya terperanjat….

Ya baiklah, manakala rindu sudah menggebu dan menderu
Saya melamun saja,
Dia jauh…
Biarlah malam yang menyimpan rindu-rindu saya,
untuk saya ambil lagi besok pagi…. Ketika dia sudah tidak jauh lagi….

Ketika Hujan


Ketika hujan menjatuhkan airnya di atas kepala saya,
Membuyarkan imajinasi tentang bahana masa depan
Saya menunduk, malu untuk mengingatnya lagi.
Mengingat imajinasi yang berlebihan,
Tentang pengharapan masa depan,
Yang belum tentu didukung kenyataan…

Hujan masih berpesta.
Diatas genteng-genteng lusuh, di pucuk-pucuk pohon kemayu, melenggak lenggokan dedaunan.
Berloncatan menyiratkan kebahagiaan akan kebebasannya membasahi bumi.
Saya hanya tertegun, menanarkan pandangan…
Teringat sosoknya yang bersemu jingga, tersenyum bagai Arjuna
Menebarkan rasa nyaman dihati saya yang waktu itu merana…

Buliran buliran hujan merintik,
Menandakan akan menyudahi perhelatan apiknya…
Bergegas meninggalkan bumi, naik lagi ke langit
Menyisakan air-air bekas tariannya tadi
Bergegas menjauhi saya yang lelah tertegun…

Langit tidak lantas menerang,
Masih saja meredup…
Masih saja menenami saya tersendu,
Karena kecanduan rindu.
Ah, saya malu…

Sunday, January 2, 2011

Angin Januari

Januari bernuansa kelabu ini tahun...
Megesahkan garis-garis kesedihan dan kegalauan
melambaikan rasa rindu yang teramat riskan untuk ditampik
Hanya saja dia tidak menjawab...

Angin merebahkan jasadnya hanya hitungan detik
Lalu kembali bergelora seperti api yang menjentik
Melumatkan kesempatan untuk menghibur diri
Agar hari tak seperti mati...

Januari ini bersepoi sepoi angin kelabu
Menghentak dipucuk pucuk daun jambu
Saya minder akan keangkuhannya
Sekali amarah hancurlah semua....

Hujan hujan tak kunjung lelah
Mengiringi kesenduan hari-hari di awal Januari
Dimana baju-baju tetap basah
karena di bulan ini belum tiba matahari.....

Haaa, saya menyongsong Januari seperti pucat pasi
Merindui matahari yang ramah kembali
Merindui sengatan hangat dikulit ini
Mengharapkan dihantui lagi pagi yang berseri.....

Hai Januari, saya akan mengerti keadaan ini.....